Jumat, 27 Januari 2012

Arti Kebahagiaan

Bahagia adalah rasa yang muncul ketika menyadari telah hilangnya suatu kesengsaraan.  Orang yang tidak pernah sengsara ia pun tidak akan pernah bahagia.
Sedangkan sengsara itu sendiri adalah rasa yang muncul ketika menyadari telah hilangnya suatu kebahagiaan. Maka orang yang tidak pernah bahagia ia juga tidak pernah tahu artinya sengsara.  Jadi keduanya berfungsi saling memaknai.  Tiada bahagia tanpa sengsara dan tiada sengsara tanpa bahagia.
Alloh SWT menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, dan tiap pasangan itu selalu saling membutuhkan. Tidak akan ada malam kalau tidak ada siang, begitu pula sebaliknya.
Nabi Adam dan Siti Hawa semula berada dalam suasana yang menyenangkan, lalu mutasi ke tempat yang menyusahkan.  Mereka tahu artinya susah karena pernah mengalami senang. Kemudian apabila kembali ke Surga barulah mereka dapat menghargai Surga sebagai Negeri Kebahagiaan, sebab sebelumnya telah menjalani pedihnya hidup di alam dunia.
Kalau kita dilahirkan di Surga dan terus-menerus di sana, justru kita tidak akan menganggap hidup di Surga sebagai sebuah kebahagiaan, sebab kita tidak pernah merasakan kesusahan. 
Di sisi lain, salah satu  nilai penting diciptakannya neraka adalah agar rasa bahagia para penghuni Surga dapat terus terjaga dengan langgeng.  Karena kalau tidak ada gambaran kesengsaraan orang yang masuk neraka maka lama-kelamaan warga Surga akan lupa dengan yang namanya sengsara.  Padahal jika seseorang tidak tahu lagi arti kata sengsara tentu ia akan kehilangan makna bahagia.
Para Nabi lebih banyak mengalami kesusahan di dunia ini dari pada selain Nabi.  Justru dengan tingkat penderitaan yang lebih tinggi itu mereka akan merasakan kenikmatan yang lebih besar di saat penderitaan berlalu.  Bandingkan antara orang kenyang lalu bertemu sepiring nasi lengkap dengan lauk dan sayur yang ia gemari, dengan orang yang kelaparan lalu bertemu nasi setengah piring plus ikan asin yang tidak disukainya.
Meskipun secara obyektif sepiring nasi tadi lebih tinggi nilainya dari pada setengah piring nasi, namun secara Subyektif rasa kebahagiaan Si Lapar berjumpa makanan tentu lebih besar dari pada rasa kebahagiaan Si Kenyang.  Fakta ini ada kaitannya dengan Sabda Nabi SAW : "Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembirran, yaitu kegembiraan di saat berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Tuhannya."
Fa inna ma'al 'usri yusro ;  "Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan."

TUJUAN HIDUP

Apa tujuan hidup Anda?
Jika seorang anak ditanya, "Apa tujuanmu masuk sekolah TK?" ,pertanyaan ini kurang tepat jika dibandingkan dengan pertanyaan,"Apa tujuan Ibumu memasukkanmu ke sekolah TK?"
Apabila ada seseorang tiba-tiba diringkus oleh Si Fulan lalu disekap dalam kamar penyiksaan tanpa mengetahui sebab-musababnya, tidak cocok kalau kita tanyakan kepadanya,"Apa tujuan kamu berada di kamar ini?"
Pertanyaan yang pas adalah : "Apa tujuan Si Fulan memasukkannya ke kamar itu?"
Demikian pula halnya kehidupan kita di alam ini.  Kita terlahir bukan atas kehendak kita sendiri, bukan pula atas kemauan ibu-bapak kita.  Maka sangat tidak logis kalau kita ditanya,"Apa tujuan hidupmu?" 
Pertanyaan yang benar adalah: "Apa tujuan ALLOH SWT menciptakan kita?"
Orang yang merasa tidur di kamarnya sendiri, lalu di saat terbangun ia mendapati dirinya berada di kamar orang lain, pastilah ia akan merasa aneh, bingung dan bengong kalau pemilik kamar bertanya,"Apa maksudmu tidur di kasur Saya?".

Tujuan Penciptaan Manusia

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
DIA telah menciptakan insan dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu bersifat Paling Mulia. 
Yang telah mengajar dengan pena. 
DIA mengajarkan kepada insan apa yang belum diketahuinya.
(Q.S. Al-'Alaq: 1-5).

Setelah menyebutkan bahan penciptaan manusia, Alloh menjelaskan program kerja yang Dia laksanakan terhadap manusia, yaitu mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya. 
Jadi manusia diciptakan untuk menerima ilmu.  Waktu demi waktu Alloh terus-menerus mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mendidik manusia agar memahami hakikat hidup yang sedang ia jalani. Proses pendidikan ini akan terus berlangsung tiada akhir, sebab akan selalu ada hal-hal yang belum diketahui manusia. 
Lalu apa kaitannya dengan ayat "Tidak KU ciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepada-KU" ?
Justru ibadah adalah refleksi dari ilmu. Amal apa pun tidak dapat dinilai sebagai ibadah jika tidak dibimbing oleh ilmu.