Dari uraian yang lalu kita ketahui bahwa tiap-tiap 1 Alloh Pribadi hanya menciptakan dan mengurus 1 pribadi makhluk. Ini berarti Anda punya 1 Tuhan Spesial, 1 Alloh Pribadi yang khusus berfungsi sebagai Tuhan Anda. Dia-lah yang menciptakan Anda dan memperhatikan seluruh keperluan Anda, dan kepada-Nya-lah Anda bersujud, berzikir dan berdo'a.
Apabila dalam Al-Qur'an disebutkan :
"Fadzkuruu nii adzkurkum"
"Sebutlah oleh kalian nama-Ku niscaya Aku menyebut nama kalian; ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku mengingat kalian; berdzikirlah kalian kepada-Ku niscaya Aku berdzikir kepada kalian."
Alloh yang berdzikir kepada salah satu atau beberapa individu makhluk pada suatu waktu tertentu tentu bukan Alloh Mutlak, melainkan Alloh Pribadi yang memang berfungsi sebagai Tuhan khusus bagi suatu pribadi makhluk.
Alloh Mutlak adalah Dzat Alloh Yang Maha Besar Tanpa Batas sehingga Dia tidak mengenal ruang dan waktu; bagi Dia ruang adalah Diri Dia Sendiri, begitu pun waktu bagi-Nya adalah Diri-Nya Sendiri.
Sedangkan Alloh Pribadi adalah sebagian kecil dari Diri-Nya yang memang Dia programkan untuk menciptakan dan mengetahui keadaan yang diciptakannya, sehingga Alloh Pribadi itu musti 'memasuki' alam makhluk ciptaan-Nya.
Alloh tidak akan tahu rasanya sakit hati sebagaimana yang Anda rasakan kalau Dia tidak pernah menjadi seperti Anda.
Apakah Alloh mengetahui rasanya sakit gigi sebagaimana Anda merasakannya? Dia tidak dapat disebut tahu rasanya sakit gigi kalau Dia tidak pernah merasakannya. Lalu bagaimana mungkin Alloh Yang Maha Kuasa itu bisa sakit gigi? Apakah Dia punya gigi?
Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya dapat dijelaskan dengan konsep Alloh Mutlak dan Alloh Pribadi.
Mari kita ambil contoh salah satu individu manusia yang bernama Si Amin.
Dia diciptakan oleh salah satu Alloh Pribadi yang kita namai saja Alloh Pribadi Si Amin.
Alloh Mutlak ingin mengenal diri-Nya, ingin menyaksikan dan membuktikan salah satu kekuasaan-Nya, dan ingin memuji diri-Nya; dengan menciptakan satu individu yang bernama Si Amin. Lalu tugas penciptataan ini diserahkan kepada salah satu bagian diri-Nya yang kita sebut Alloh Pribadi Si Amin.
Alloh Pribadi Si Amin membuat bertriliun-triliun video kehidupan Si Amin yang masing-masing video itu berisi perjalanan hidup Si Amin dari awal hingga akhir dengan garis hidup yang berbeda. Misalnya dalam salah satu video Si Amin meninggal dunia pada usia 7 tahun, pada video yang lain Si Amin meninggal dunia pada usia 80 tahun.
Dari sekian banyak video itu hanya satu video yang dipertontonkan kepada Si Amin sebagai perjalanan hidupnya, sedangkan video yang lain di simpan untuk keperluan tertentu, misalnya sebagai perbandingan.
Video tersebut memiliki platform paling tidak 11 dimensi, yaitu dimensi warna, suara, bau, rasa lidah, rasa kulit, rasa badan, rasa hati, rasa ruh, memory, kehendak dan dimensi pikiran. Sehingga apabila Si Amin menonton video itu ia menjadi hidup sebagai manusia yang sedang menjalani garis takdir yang telah ditentukan baginya.
Sebelum video itu dipertontonkan kepada Si Amin, Alloh pribadi Si Amin telah menontonnya terlebih dahulu. Ini berarti Alloh Si Amin telah terlebih dulu mengalami hidup sebagai Si Amin, sehingga Dia tahu betul bagaimana rasanya menjadi Si Amin.
Kita tidak disebut tahu rasanya air kopi kalau belum pernah minum air kopi. Alloh tidak bisa disebut tahu rasanya punya anak kalau Dia belum pernah mengalami punya anak.
Sedangkan kalau Alloh tidak tahu rasanya air kopi dan tidak tahu rasanya punya anak, berarti ilmu-Nya sangat terbatas. Padahal dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat yang mengatakan bahwa Alloh Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
Sekali lagi, kesempurnaan ilmu Alloh hanya dapat dijelaskan dengan Konsep Alloh Mutlak dan Alloh Pribadi.
Kembali ke pembahasan sebelumnya, Alloh Pribadi Si Amin bukan cuma telah menonton satu video yang kemudian dipertontonkan kepada Si Amin, tapi Dia juga telah menonton triliun video Si Amin yang tidak atau belum dipertontonkan kepadanya.
Jadi sebelum kita menjalani hidup sebagai manusia seperti ini, Alloh Pribadi kita masing-masing telah berpengalaman menjadi seperti kita. Inilah salah satu makna ke-Mahatahu-an Alloh.
"Alaa ya'lamu man kholaqo wahuwal lathiiful khobiir."
"Tidak mungkin Dia tidak mengetahui makhluk yang Dia ciptakan, sedangkan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui secara detil." (Q.S.67:14).
Bacalah artikel sejenis ini dengan extra hati-hati dan melalui perenungan yang mendalam seraya memohon kepada Alloh agar diberikan petunjuk yang benar. Semoga Alloh senantiasa membimbing kita semua untuk terus lebih mengenal Dia dengan pengenalan yang sebenarnya. Aamiin yaa Robbal 'aalamiin.
Selasa, 13 Oktober 2009
mengenal Tuhan Yang Kita Sembah.
Langganan:
Postingan (Atom)